Cerita Keenan

parkisye
6 min readMar 8, 2024

--

Requested Marriage by

Parkisye

⚠️CW//SA

“Lo tau dari mana?” Baru juga Saga menduduki diri di sofa ruang tengah apartement Keenan, pria itu langsung bertanya meminta penjelasan. “Nan?”

“Sabar anjir. Gue lagi ngambilin lo minum.” Keenan yang kini sudah mengambil dua botol air dari kulkas, melangkah ke arah Saga. Satu tangannya mengibas rambut yang masih setengah kering karena baru selesai mandi, sedang satu yang lain memegang dua ujung botol. “Lo lagian dateng nggak bilang-bilang dulu, Ga. Kaget gue.”

Keenan menaruh satu botol air mineral di atas meja di depan Saga, sedang satu yang lain di depannya, lalu duduk di sebelah pria yang sedari tadi menunggu itu. “Nanya doang mah bisa lewat chat, Ga. Nggak usah tiba-tiba bilang udah di lobby juga. Mana udah tengah malem. Si anjir.”

“Nan.” Saga yang tidak menghiraukan ucapan Keenan sedari tadi hanya menatap pria itu datar. Namun Keenan tahu sekali, ada marah yang sedang pria itu rasakan. “Dari siapa?”

Keenan menghela napas panjang. Agaknya basa-basinya tidak cukup membuat agar suasana tidak terlalu tegang. Keenan tahu, ini bukan perkara mudah yang sedang mereka bicarakan.

“Oke gue jelasin.” Tubuh Keenan bergerak kecil untuk menyerongkan tubuhnya pada Saga. “Tapi sebelumnya, sorry ya, Ga, kalo gue bikin lo nggak nyaman. Gue tau ini istri lo yang lagi kita omongin, dan apa yang bakal kita omongin ini mungkin …” Keenan menggaruk kening yang tidak gatal, mencuri jeda untuk mencari kalimat yang tepat. “Bikin lo ke-trigger aja. Somehow, gue juga ngerasa nggak nyaman waktu denger semuanya. Makanya gue pikir better kalo kita ngobrolnya lewat chat aja. Nggak sambil ketemu kayak gini.”

Saga tidak langsung menjawab. Tatapnya masih terlihat datar, namun Keenan tahu, perasaanya tidak begitu. Tapi ini Saga, seseorang yang memang sedari dulu selalu kesulitan untuk mengurai perasaan selain diam.

“Mm.” Setelah membiarkan gemuruh kuat di dalam hatinya, Saga akhirnya bergumam. “Nggak apa-apa. Gue pengen denger.”

Keenan bahkan harus sesaat menunduk untuk menata kalimatnya. Entah kenapa, melihat Saga yang kini duduk di depannya membuat hatinya nyeri luar biasa. Tahu mungkin ini akan menyakiti hati Saga juga.

“Jadi, waktu lo bilang kalo dia yang lo cari kasusnya itu adalah mahasiswi yang emang kuliah di Standford 4 tahun lalu, gue langsung berenti buat nyari kasus ini lewat artikel atau berita kayak yang gue lakuin kemaren. Gue pikir, buang waktu aja, nggak akan ketemu karna bakal banyak banget berita yang kecampur-campur dan nggak terarah kayak yang gue bilang. So i stop. Dan mulai cari metode lain buat nyari beritanya lewat jalur yang lebih personal.”

Tidak menyela Keenan yang masih ingin bicara, Saga hanya mendengarkan.

“Kayak yang lo tau, gue emang paling suka nyari apa-apa tuh lewat media sosialnya, Ga. Karna gue merasa langsung terhubung sama orangnya aja gitu. Makanya dari situ, gue mulai nyari-nyari akun group facebook yang dibuat emang khusus untuk anak-anak Standford yang jurusan dan angkatannya sesuai yang lo bilang. Jujur awalnya gue juga skeptis masih ada orang yang pake facebook jaman sekarang, tapi walau group itu udah nggak aktif, gue bisa liat list orang-orangnya siapa aja dari memberlist-nya. Dan beruntungnya, ada satu nama yang gue kenal di sana.” Keenan menatap Saga lekat. “Sepupu gue. Gue baru inget sepupu gue kuliah di sana.”

Jantung Saga berdegub cepat.

“Terus?” tanya Saga rendah. Kali ini tidak berhasil menutupi gemuruh emosi hingga ada getar di ujung suaranya. “Terus, dia bilang apa?”

“Ga — ”

“Lanjutin.” Walau napasnya mulai berat, Saga tetap melanjutkan. “Apa?”

Keenan sempat membuang tatap ke sembarang arah sebelum kembali pada Saga. Hatinya ikut bergemuruh kuat, sehingga dia butuh menarik napas panjang untuk kembali melanjutkan.

“Terus, saat itu juga gue langsung telpon sepupu gue yang sekarang udah tinggal di indo sama keluarganya. Sorry gue nggak bisa sebut nama, tapi gue bilang, gue baru denger ada salah satu temen angkatannya yang kena kasus pelecehan sexual 4 tahun lalu dan minta dia ceritain lebih detailnya gimana. Awalnya dia selalu bilang nggak tau, nggak pernah denger, dan semua hal lah seolah dia nggak mau cerita sama gue. Tapi gue bilang gue udah tau kok. Gue cuma mau denger detailnya dari pov temen angkatannya aja walau sebenernya gue bohong dan nggak tau, tapi baru setelah itu, dia mulai cerita. Semuanya.”

Saga bergeming. Lamat-lamar merasakan hangat di dua matanya.

“Malem itu … ujan.” Jemari Saga langsung mengepal. Ingatannya malah membawanya jauh pada saat dia memeluk tubuh Keyra yang gemetar, menceracau cepat tentang hujan dan malam. “California jarang ujan, Ga, tapi hari itu lagi ujan. Makanya sepupu gue juga inget banget. Hari itu ujan. Persis kayak yang lo bilang.”

Lagi, Saga tidak bicara. Namun hatinya mulai sesak luar biasa.

“Malem itu, anak-anak seangkatan sepakat untuk buat acara party di hari kelulusan mereka. Bener, hari itu mereka baru lulus. Baru aja pegang semua hasil kerja keras dari belajar selama 4 tahun dan akhirnya bisa bebas untuk party. Jadi hari itu mereka decide untuk bisa seneng-seneng sebelum nantinya pada pisah. Tau kalo mungkin itu hari terakhir mereka bisa ketemu, bisa sama-sama. Karna 80% dari mereka adalah pelajar luar negeri yang pastinya bakal balik ke negara mereka masing-masing, jadi malam itu mereka party. Go hard or go home, katanya.”

Saga mulai membayangkan wajah Keyra.

“Jujur kata sepupu gue, masih nggak ada yang salah sama pestanya waktu itu. Semua orang di sana seneng-seneng aja, Ga. Happy, ketawa, ngobrol, tapi juga … mabuk. Tapi lo tau lah tipikal party di luar negri emang gitu? Mereka nggak party aja emang sukanya minun-minum tiap weekend, apalagi ini emang lagi pada pesta. Tapi sekali lagi, sepupu gue bilang itu juga masih fine-fine aja buat mereka. Nggak ada yang salah. Sampai … party-nya selesai.”

“Sepupu gue bilang malem itu mereka bener-bener selesai sekitar jam 12 malem, Ga. Pihak kampus nggak ngizinin mereka buat pake gedung lebih dari itu buat menghindari hal-hal yang nggak mereka mau juga. Semua cowok udah mabuk, tipikal cowok-cowok yang maen game di pesta tapi hukumannya minum whiskey sampe gila. Akhirnya mulai ngelantur kemana-mana. But still, semuanya masih happy aja di sana.”

“Sampe tepat jam 12 malem itu, mereka akhirnya satu-satu mulai pulang dan keluar dari gedung. Ujannya tambah deres. Jadi beberapa orang mutusin buat stay sebentar karna mereka nggak bawa payung buat jalan sampe stasiun. Sepupu gue inget, Keyra adalah salah satu cewek yang ikut berdiri di depan gedung bareng beberapa cowok waktu semua orang satu-satu milih pergi. Jadi sepupu gue inisiatif nawarin, balik sama gue aja yuk, Key? Tutupan jaket aja sampe depan doang. Tapi Keyra nggak mau. Dia bilang, Papanya udah janji bakal jemput dia karna baru aja landing dan sampe di Cali buat ketemu dia, mau pergi lagi yang entah sepupu gue juga nggak tau kemana.”

“Jadi dia nunggu?”

“Dia nunggu, Ga. Sayangnya, dia nunggu.”

Napas Saga mulai terasa menyakitkan.

Keenan kembali menunduk dalam. “Jujur setelah part itu, sepupu gue sampe nangis ceritanya, Ga,” kata Keenan. “Dia ngerasa bersalah banget kenapa nggak maksa Keyra buat ikut sama dia aja waktu itu, atau mikir buat nemenin dia nunggu sampe papanya dateng. Dia merasa bersalah banget, kenapa dia malah milih pulang dan biarin Keyra jadi satu-satunya cewek yang nunggu di sana sendirian. Karna setelahnya, besok paginya, dia cuma dapet kabar. 5 dari temen cowoknya sendiri ditangkep polisi karna kasus pemerkosaan, dan 1 temen ceweknya yang jadi korban. Keyra.”

“Nan — ”

Sorry, Ga, gue bener-bener sorry harus jelasin part ini karna mungkin ini penting buat lo.” Keenan menghela napas panjangnya. “Sepupu gue emang nggak liat apa yang terjadi waktu dia pergi. Detail kejadiannya dia nggak bisa cerita karna dia nggak disana. Tapi yang dia denger, 5 cowok itu memang udah bener-bener bikin Keyra babak belur karna satu lawan 5 sendirian. Banyak bukti lebam di tubuh Keyra karna mereka ngelecehin Keyra bareng-bareng dalam kondisi mabuk, brutal, nyiksa, yang gue sendiri nggak bisa — ”

“Nan — ”

“ — nggak bisa bayangin gimana sakitnya jadi Keyra. Tapi untungnya Papa Keyra bener-bener dateng tepat saat salah satu dari cowok brengsek itu beneran mau ngelakuin part … itu ke Keyra, Ga,” sela Keenan dengan napas yang ikut berat. “Jadi mereka berenti. 5 cowok brengsek itu berenti. Satu-satunya hal yang belum mereka ambil dari Keyra akhirnya berenti waktu Papa Keyra dateng dan buat mereka semua ditangkep nggak nyampe 24 jam hari berikutnya, ngebuat itu jadi satu-satunya hal yang bisa Keyra lindungin malem itu dari dirinya. Yang gue rasa lo juga harus tau, karna lo … suaminya.”

Lantas setelahnya, Saga hanya bisa mengeraskan rahangnya.

--

--

No responses yet